Selasa, 06 April 2010

ketika pulsa dan asinnya air selat memisahkan kita

Wah, kamu jauh sekali disana. Kiranya apa mungkin kita bisa bertemu dalam waktu se-jam lagi, tanpa menggunakan pesawat yang harganya mahal itu?

Setiap malam, setiap jam memukul-mukul waktu-untuk menunjukkan ini sudah 11.00 WIB, saya bisa mendengar suara pacar saya. Kami bertemu dan tertawa bersama hanya saat jam 11.00 malam berdentang. Indahnya, tidak seperti Cinderella yang hanya punya waktu sampai jam 12.00 malam. Saya sih sampai jam 17.00 keesokan hari. Dengan biaya nelpon 100 rupiah/pencet tombol hijau.

Ah tapi itu dulu. Sekarang, per menit sudah 100 rupiah. Dan nelpon 100 rupiah/pencet tombol hijau itu Cuma dari jam 00.00 – 07.00. Kau kira saya ini bartender cafĂ©? Hidup di jam-jam segitu??

Saya dan pacar saya, selalu hunting provider murah. Karena apalagilah yang saya punya selain provider yang mampu menghubungkan saya lewat handphone dengan pacar saya?

Sudah lama saya mengagumi provider yang satu ini. Tapi sekarang saya sudah tidak kagum lagi. Saya sudah kehabisan uang demi membeli pulsa mereka, saking mahalnya biaya bercakap-cakap. Dan tidak akan mampu saya apabila hanya berkomunikasi lewat SMS. Karena tidak terlihat emosi di dalam sana.

Saya mulai kebingungan mencari jembatan yang kokoh untuk mempertahankan komunikasi. Oh kini saya menyadari betapa sulitnya menemukan kemurahan dalam sebuah provider. Karena 0,1 rupiah adalah bohong, apalagi yang mengaku gratis. Jembatan yang saya cari adalah jembatan yang mampu membawa jarak 1 jam 45 menit-dengan pesawat murahan, ke kuping saya. Seakan berada dekat. Seakan dia sedang bicara dekat-dekat di kuping saya. Seperti bisik-bisik dengan suara keras.

Saya butuh jembatan yang kokoh, yang mur-nya tidak bisa dicolongi orang. Yang buntut-buntutnya malah akan merobohkan jembatan saya. Yang bikin saya tidak bisa nyebrang.

Oh tolonglah Bakrie, mungkin anda bisa menciptakan provider GSM yang murah. Toh duit sudah banyak ini. Apalah artinya membagi sedikit untuk orang-orang bernasib seperti saya?

Ah, saya tambah bingung. Kemana harus saya mencari pertolongan agar saya bisa bercakap-cakap lama dengan pacar saya seperti dulu?


Mungkin sekarang kalian yang tinggal serumah atau mungkin berdekatan, yang bisa saling melihat dengan seringnya, akan lebih menghargai waktu berdua kalian. Yang tidak berat di ongkos. Yang mudah untuk bertemu, kapan saja ingin bicara atau mungkin hanya duduk berdua dilewati petang. Karena selagi kalian bersama, hargailah apa yang ada, manfaatkanlah apa yang dipunya. Karena waktu tidak dapat dibeli dan diisi ulang seperti pulsa handphone.





*Ada yang tau provider murah untuk nelpon dari Jakarta-Bali dan sebaliknya? hehe :p
MIRA.PARAMITHA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar