Rabu, 16 Desember 2009

“Sayangi saya..” kata diri saya kepada saya.



PERNAH melihat saya dari atas ke bawah? Dimulai dari atas, kamu akan melihat saya seperti ibu saya. Oh, kamu kenali saya ini berkelamin perempuan. Turun sampai ke bawah dengkul, kamu mulai meragu. Kamu akan melihat saya seperti ayah saya. Itu kaki yang tidak seindah kaki Paris Hilton atau beberapa perempuan yang kakinya dekat dengan ukuran Paris Hilton.

Hahaa, kaki saya ini besar. Bagian yang paling gembira berkembang sendiri dibanding bagian tubuh yang lain. Bagian yang paling rakus, yang selalu antri paling depan dan mau dapat bagian yang paling banyak ketika tubuh saya membagikan lemak.
Saya tunjukkan padamu. Ini kaki besar yang bukan karena kaki gajah. Entah saya ini keturunan Arab atau bukan, segala macam rambut tumbuh dengan ganas dan senang hati. Hehe. Kadang-kadang saya malu, tapi kadang-kadang saya capek dengan kemaluan, eh, maksud saya, capek dengan perasaan malu itu. Dan membiarkan kaki besar saya lebih mirip kaki Mike Tyson. Besar dan… ehem… lebat… xixixi…

Agak turun sedikit, akan kamu dapati betapa telapak saya bantet seperti roti gagal panen (Heh? Aneh. Maksudnya?). Dan wahai jemari kaki, mereka mungil dan subur. Seperti bayi obesitas. Terutama induk dari para jari, dia yang terbantet dan pemilik kuku terbesar pun terlebar. Hehe. Suatu hari yang remang, saya dan kakak-kakak saya yang semuanya Alhamdulillah masih tetap laki-laki, berlomba jempol. Dan jempol saya keluar sebagai pemenang Jempol Terbesar di keluarga kami.

Itu, meskipun saya anggap satu dari tujuh keajaiban diri saya, tetap merupakan bagian dari saya yang patut saya syukuri. Syukurin kau, kebagian kaki yang bantet. Hehe… Nggak-nggak… saya hanya bercanda. Kaki ini, dibuat di dalam perut mama saya dengan sebegitu rupa, agar jika nanti saya hilang, cukup cantumkan foto kaki saya di selebaran yang akan disebar. Sehingga justru lebih mudah menemukan saya daripada meletakkan foto muka saya disana.

Saya dulu, ingin punya kaki yang kecil dan lucu seperti kaki-kaki wanita China yang putih dan merah-merah di sudut-sudut telapaknya. Tapi toh saya bukan China. Saya ini Indonesia. Asli dan tulen sekali. Hihi… Sehingga sekarang saya tumbuh bangga dengan kaki saya ini. Bangga dengan kaki yang benar-benar Mike Tyson ini. Yang besar, lebat dan banyak bekas luka dimana-mana. Hasil pergaulan anak kampung pada masa kecil. Yang meskipun bikin kaki saya beda warna (ada yang hitam, ada yang coklat) dan bercorak (ada yang mulus, ada yang lebam, ada yang carut marut), tetap saya sayangi karena itu semua saya. Dan itu semua adalah sejarah hidup saya.

Sejarah bahwa saya ini pernah ikut mencoba mencukur semua apa yang kaki saya miliki sehingga membuatnya makin kribo. Bahwa saya ini pernah ikut mencoba jatuh dari motor dan sepeda, menyebabkan sekarang saya mahir membawa motor sambil kebut-kebutan. Bahwa saya ini memang jarang berolah raga dan berlari, sehingga kaki saya lembek dan kurang berbentuk (gemuk sedikit,saya akan bingung yang mana betis, yang mana paha. Hehe).

Saya cinta kaki saya. Perpaduan kaki mama dan papa saya. Biar orang-orang yakin, saya ini bukan anak adopsi. Saya keluar dari perut mama saya yang selama ini saya sayang dan saya anggap mama. Supaya orang yang ingin membuktikan bahwa saya ini anak papa saya, hanya dengan melihat betapa miripnya kuku kaki kami. Agar mereka yang melihat kami berdua berjalan beriringan, tidak akan menganggap papa saya punya istri muda diam-diam. Hehe. Ini saya loh, anak papa dan mama saya.

Ayo ikut sayangi dirimu!

Kamu punya kaki yang lebih bagus dari saya. Kamu punya kuku kaki yang lebih lucu dari saya. Kamu punya kaki yang jauh lebih mulus dan polos daripada kaki saya. Kamu punya rambut yang jelas orientasinya kemana (keriting atau lurus). Kamu punya banyak hal yang baik, yang mana itu nantinya akan membuat kamu berbeda dan unik. Karena kita memang dilahirkan berbeda dan punya kelemahan-kelemahan untuk kita cintai.

Senin, 16 November 2009

SEMU ITU KAMU. SEMUA ITU KAMU.

SEMU ITU KAMU. SEMUA ITU KAMU. September 28, 2009 15:11

Kemarin saya menangis, kamu yang ada di telpon genggam saya, mendengarkan airmata saya jatuh.

Kemarin saya marah, kamu yang ada di telpon genggam saya, menyiram air untuk api saya berhenti berkobar.

Kemarin saya ingin ditemani tidur, kamu yang ada di telpon genggam saya, menemani dalam diam hanya untuk mengusir sepi.

Kemarin saya ingin ngobrol, kamu yang ada di telpon genggam saya, cerita tentang dunia kamu dan dunia saya.

Kemarin saya sedih, kamu yang ada di telpon genggam saya, melemparkan tawamu lewat gelombang.

Hari ini saya ingat kamu, kamu yang ada di telpon genggam saya.

Compang camping kuacak-acak otakku

“Compang camping kuacak-acak otakku, kamu tetep aja ga ada. Sembunyi dimana sih?”

Bagai terbakar bulu hidung,bau sangit, saya mencari HP di sekujur tas saya, namun tak kunjung dia menyahut dalam pikiran saya untuk kasi ingat bahwa saya lupa bawa dia pergi.

Memang Cuma sepersepuluh jalan yang baru saya lewati setelah antar barang untuk kembali diantar oleh kilat, tapi itu lumayan. Lumayan dalam ukuran Depok-Jakarta. Sepersepuluh jalan tidaklah sedikit. Membuat saya baru sampai di rumah untuk jemput hape, pada pukul 13:40. Dan kuliah mulai pada muka jam 15:00.

Itu hanyalah 80 menit, waktu perjalanan yang saya miliki untuk sampai di London—London School of PR Jakarta. Sedangkan perjalanan yang saya butuhkan dengan membawa ngebut mobil saya secara membara, adalah 120 menit. Akan tiba saya di kampus pada pukul 15:40 dan kuliah berakhir pada 16:30.

Maaf bu Dosen, hidup ini memang begitu. Muridmu ini hanya tak ingin kau anggap malas karena datang telat. Lebih baik tak datang dan bilang diri ini dirundung sakit ringan, yang akan berat jadinya jika dipaksakan berangkat ke kampus. Jadi kau anggap saya ini penyakitan dan malah kasihan dan malah bantu saya dalam belajar dan malah beri saya perhatianmu yang sedikit itu.

SO LET ALL THIS GO...

When it comes,
know that love is forbidden,
I think it's time to let go.

But the more I want to go,
the more I continue to remember.
How long I'll keep this up?

It’s time to face the reality.
All should’ve lost no residual.

I have chosen.
And when it was, I was ready with all the risks that I should bear.
Including to forget this

I hope,
though I should not love you,
I can still take care of you in my heart.

So that no one hurt.
Not you, me or him.

We all have to be happy...
So let all this go...

Surat Untuk-Mu.

ALLAH, hari ini telah 4.40 WIB. Kau panggil aku berkali-kali lewat adzan untuk menyolatkan subuh. Hatiku tergerak, mencari mukena dan sajadah. Namun tak kutemukan.

Aku diam dan bingung. Bolehkah aku tidak memakainya? Haruskah kulanjutkan niatku untuk-Mu?

“Lebih baik sholat daripada engkau tidur” ucap Adzan.
Kucari akar saat rotan tak berguna.

Kutemukan sarung, jaket, pashmina, dan sprei. Kukenakan sarung dan jaket untuk menutupi tubuhku. Kulilitkan pashmina menutupi rambutku dan kulebarkan sprei sebagai alas sholatku.

Ya Allah, terimalah niat dan sholatku juga hatiku untuk-Mu.

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakaatuh…



With Luv, M.

Indahnya Allah, anehnya saya..

Yaah, semoga ini bukan dianggap curhat. Karma saya Cuma dapet ilham dari Tuhan saya Yang Maha Esa dan menerjemahkannya lewat bahasa saya yang amburadul

Ternyata saya diperhatikan-Nya. Diperhatikan dan diberi inspirasi untuk tulis dalam bentuk kata. Saya rasa ini baik. Ini gak jahat. Karma pikiran saya yang baik-baik milik-Nya. Yang jahat mirip setan, tapi itu masih saya.

Kata dosen saya, Allah mencintai keindahan karena Beliau Maha Indah. Itu kenapa Al-Quran diturunkan di Arab dengan bahasa puitis tingkat tinggi.

Tapi saya senyum. Semoga Allah suka inspirasi-Nya saya buat begini. Toh ini di Indonesia. Dan ini bukan tentang nabi-nabian. Juga bukan Al-Quran. Serta bukan dari bahasa Arab.
Jadi itu saya pikir oke. Okelah Allah, ternyata selain cinta keindahan, Engkau juga cinta keanehan seperti diri saya ini yang bawa-bawa nama-Mu di dalamnya.

Ya Allah, ini tanda cinta, supaya Engkau terkenal, dikenal dan makin dikenal sebagai Tuhan Yang Terkenal.

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakaatuh…
Apa kabarmu, aku baik-baik saja.

With Luv, M.

KELUARGA CUMICUMI 8

KELUARGA LOLIGINIDAE

CUMICUMI SORA

Ini band. Band yang mengaliri laut dengan tinta berjenis pop. Haha. Mereka berlagu. Di laut cumicumi menyebarkan hitam tinta, berharap didengar oleh masyarakat cumicumi.

Saya, si cumicumi lucu, pernah beberapa kali melihat mereka menyebar tinta. Rasa senang saya mungkin berlebih. Mengingat saya pingin nangis tiap liat mereka manggung. Ikut kentut-kentut bila sedang gugup.

Yang bergitar itu, pacar saya, si Cumicumi Bergitar. Yang berdiri paling depan bersama moncong mic, adalah si Cumicumi Kepala Besar. Yang coklat itu, yang membawa gitar bersenar empat, adalah dia si Cumicumi Bakar. Yang juga bersenar enam seperti pacar saya, seekor cumicumi bertinta jazz, bernama Cumicumi Masalos. Tukang pukul yang duduk diantara bulatan bulatan besi di belakang sana, adalah Cumicumi Guplek Gub.

Saya, sama dengan harapan ‘Cinta Sejati’ cumicumi Thesora lainnya, tidak pernah kebagian sabar untuk menunggu melihat mereka mampir di Tipi cumicumi supaya merasakan apa itu yang dirasakan The Dance cumicumi Company. Hehe.. *mojrot tinta.

KELUARGA CUMICUMI 7

KELUARGA LOLIGINIDAE

CUMICUMI LUCU

Saya, iya saya ini, cumicumi lucu. Kenapa baru kepikiran narsis sekarang ya? Hehe. Saya cumicumi yang terdampar di pulau kata-kata. Bertahan hidup untuk diri sendiri dengan menyambung satu persatu kata-kata itu, membentuk kekuatan cumicumi.

Ya, saya yang bikin kalian, wahai cumicumiers! Kita bersatu disini, mengalahkan cabinet SBY. Hehe. Stop cengiranmu, mari keluarkan tinta. Warnai dunia dengan tinta hitam, agar warna indah lainnya tertutupi. Terbang dan menarilah. Menari cumicumi.

Ini pulau kata-kata. Pulaunya cumicumi. Janganlah marah bila saya ekspos diri cumicumi kalian berlebihan. Temani saya di pulau ini. Saya tidak ingin sendirian.

KELUARGA CUMICUMI 6

KELUARGA LOLIGINIDAE

CUMICUMI LUCU SRUNTUL
Agak berat memang menambahkan nama sendiri untuk nama orang lain. Saya ini cumicumi lucu. Teman saya yang satu ini, memiliki nama yang sama dengan saya. Apalah kuasa, saya beri nama saya untuknya. Dengan syarat, nama lain di belakangnya.

Ini dia cumicumi lucu sruntul. Nama cumicumi terpanjang yang pernah saya terbitkan di dunia cumicumi. Saya, cumicumi lucu sruntul, dan cumicumi lambert adalah teman satu kelas cumicumi. Apa ya yang bisa saya bagi tentang cumicumi lucu sruntul?

Cumicumi lucu sruntul, kuatlah engkau seperti cumicumi betina lainnya. Masuk kampuslah engkau, jangan cuti sakit lagi. Mungkin sambil makan kue pia cumicumi, kamu mengutuk saya. Mengutuk saya ini yang sehat tapi tetap jarang masuk kampus. Maklumilah, teman. Karena saya tidak hanya berteman dengan kalian. Saya juga teman baik sebentuk rasa yang bernama malas. Hehe.

KELUARGA CUMICUMI 5

KELUARGA LOLIGINIDAE

CUMICUMI LAMBERT

Sebenarnya saya, si cumicumi lucu, tak bersedia sepenuh hati menobatkan nama cumicumi lambert ini padanya. Namun apalah daya cumicumi. Cumicumi Lambert adalah teman sekelas saya di kelas Performing cumicumi Art.

Cumicumi lambert adalah seorang lady cumicumi rocker, dia mencintai tempat-tempat karaoke. Membayar lebih untuk berteriak “Are you ready to rooockk??!!!” begitu terus sampai mati.

Cumicumi lambert, saya tau kamu penggemar cumicumi Adam lambert dan lagu-lagu lain yang nge-rock seperti jiwamu. Tapi bisakah kamu berhenti berteriak-teriak di kelas, mengenalkan teman-teman cumicumi yang lain tentang lagu-lagu mereka? Nanti saja. Nanti saya akan menemanimu. Kita akan bernyanyi di kelas, nyanyi lagu “Satu Jam Saja”

KELUARGA CUMICUMI 4

KELUARGA LOLIGINIDAE

CUMICUMI CONGEG

Cumicumi congeg terdiri dari 2 anak cumicumi dan 1 suami cumicumi. Dimana dia sekarang? Saya, si cumicumi lucu pun tak tau. Cumicumi congeg meliburkan diri bersama cuti satu semesternya. Merawat anak cumicumi yang baru lahir.

Saya dan cumicumi congeg adalah 2 cumicumi sejoli yang doyan berpartisipasi meramaikan toko buku khusus di bagian stationery. Membeli stationery dalam jumlah banyak dan dalam kebutuhan yang sedikit, hanya untuk memuaskan hasrat belanja. Khilaf ala cumicumi.

Kangen saya padanya. Lebih kental daripada kangen band. Saya suka melingkarkan 8 lengan dan 2 tentakel saya ke badannya. Membuat dia sesak napas dan kentut tinta. Tapi saya yakin dia suka itu.

KELUARGA CUMICUMI 3

KELUARGA LOLIGINIDAE

CUMICUMI BERGITAR

Saya, si cumicumi lucu, boleh terus pamer, cumicumi ini milik saya. Februari 2006 adalah bulan pertama kami bertemu, itu seingatan otak cumicumi saya. Tapi cumicumi bergitar ini percaya, jauh sebelum bulan februari itu tiba, dia pernah melihat saya.

Mungkin juga jauh sebelum kepercayaannya itu, saya pernah bertemu dia. Tapi mungkin ketika itu saya masih 4 SCD (Sekolah cumicumi Dasar), dan dia baru masuk kuliah. Entah. Cumicumi bergitar telah lebih dulu mencoba rasanya hidup di bumi cumicumi 9 tahun lamanya sampai saya menyusul.

Tapi biarlah. Dia pernah membawa gitar, memetik senar menjadi nada, sambil bilang I love you. Dia pernah membawa mama cumicumi ke rumah saya, untuk menyelipkan cincin cumicumi di tentakel saya.
“Ini cincin cumicumi, sayang. Bukti cintaku padamu.”

KELUARGA CUMICUMI 2

KELUARGA LOLIGINIDAE

CUMICUMI PUITIS

Kalau kamu bukan alumni SMAK Santo cumicumi Yoseph, maka jangan salahkan saya ini, si cumicumi lucu, kalau kamu akhirnya tidak pernah berbagi kenangan dengan Pembina saya, Cumicumi Puitis.

Itu dulu dimulai dari tahun 2004 cumicumi Masehi. Cumicumi ini hadir lewat gelarnya sebagai Pembina teater la cumicumi jose. Dimana kala itu saya habiskan masa-masa muda saya melebarkan tentakel di dunia teater, menjadikan saya gila puisi, gila sastra.

Cumicumi puitis yang bikin hasrat seni saya menggelora. Seni menulis, seni tarik suara, sampai air seni.

Seni adalah hidup cumicumi puitis. Seni menempel di tiap-tiap tentakelnya. Menjadi bagian yang lebih pekat dari hitamnya tinta cumicumi.

KELUARGA CUMICUMI 1

KELUARGA LOLIGINIDAE

CUMICUMI GIMBAL

Kalian tau itu cumicumi gimbal? Itu cumicumi lokal yg saya kenal. Itu cumicumi yang berenang-renang di daerah cumicumi Depok, dan belajar berenang di universitas cumicumi pancasila. Itu cumicumi gimbal yang dulu di masa mudanya adalah cumicumi emo.

Jenis cumicumi jantan yang banyak punya mata uang dolar cumicumi amerika serikat. Mata uang yang berbentuk maya dan tersimpan rapi di dalam aplikasi texas hold’em cumicumi poker.

Cumicumi ini ajak saya, si cumicumi lucu, untuk berpose ria demi meramaikan karya di Negara cumicumi Indonesia. Cumicumi jantan, hey, bawa kameramu, mari kita bergaya.

I can't go to the left, neither do to the right

may be you ever hang your dream
in front of mine

may be by the time you through this
you realize this isn't going anywhere
Then you left me
I was just ready to face this

But i dunno if I'm ready
to see another color fill your life

Do you really leave me?
Sometimes i can't believe, I can't take it

What will u do if u are me?


I can't go to the left, neither do to the right

THE YELLOW-RED SIGN

I drove my car
went to the right
got the yellow-red sign

i turned off the phone
after i stopped by.

it's a yellow-red sign
i knew u are inside
i hope i could see u

but then i burn my hope
together when my phone's dead

i placed my hand over the wheel
and the tire was rolled again

it's u, it's u
the name i should yelled
it's u, it's u
with your smell--your smell like a sweet corn

it's u, it's u
your laugh was bright like a traffic light
it's u, it's u
your cheek's as soft as a jellyfish

Yea, I know by the second I saw you
it's u!

this lyric is for you
but there will be no music no instrument
haha.
I'm just a new girl with a new love fallen

"wo-o-kamu-ketauan" ku menangis darah

waktu itu saya merasa anjing peliharaan saya sudah enyah. Saya sedih. Saya menyesal karna saya lihat dia terakhir kali, ketika saya lambai tangan ke dia, kasih tanda saya mau pergi, sebelum saya tutup pintu. itu dia disana melihat saya, tumben dia diam.

malam itu, saya menangisi dia. kangen belai dia ketika saya hendak tidur. saya terus berurai airmata sampai kehabisan daya. saya tidur tak sengaja.

pagi esok. saya berkaca. bersiap mental untuk berpandangan dengan cermin. berharap mata saya gak bengkak bengkak amat.

saya berdiri di depan cermin. melotot. kaget. airmata yang kering karena terangin-angini di pipi berwarna cokelat seperti darah. kenapa mata? mata bilang, tidak tau. mata nyanyi, "wo-o kamu ketauan..."

saya tanya ibu, ibu juga bingung. iya ya, katanya. dituduhnya saya pakai eyeliner. duh, biung, eyeliner saya item dan kemarin nihil mendekor mata saya.

apa ya, itu? ibu dan saya tambah bingung. tapi coba tidak ambil pusing. meski saya penasaran apa yang mengalir kemarin malam.



OMONG-OMONG, anjing kesayangan saya yang paranoid terhadap petir itu, akhirnya tertemukan oleh kakak yang murni dikandung ibu saya, dari dalam kap mobil Xenia milik kakak saya yang lainnya.
Ampuun, anjingku... saya tidak pernah tau obsesimu menjadi ahli mesin. maafkan saya yang gagal merawatmu.

Minggu, 30 Agustus 2009

dis is goed...

‘Doa Para Peziarah
dalam Perjalanan Panjang
Menuju Santiago de Compostela’


Tuhanku...
Bicaralah padaku bila aku kesepian
Bisikkanlah dukungan-Mu bila aku dirundung kecemasan
Dengarkanlah suaraku bila aku terjatuh
Sudilah menjadi bagiku penghiburan dalam perjalanan
Tempat bernaung di waktu panas
Tempat berteduh di kala hujan
Tongkat penuntun dalam kelelahan
Dan penolong dalam bahaya
Semoga aku berhasil
Mencapai tujuanku
Sekarang, dan juga nanti
Pada akhir hidupku

Sabtu, 30 Mei 2009

keracunan polusi suara

Saya sedang bergaya anak muda
datang memasuki sebuah resto berjudul Burger Grill

Sesak
Penuh Sesak
Sesak karena begitu banyak makhluk pacaran
di lingkungan sekitar


Sial
Sungguh sial
Saya duduk merasuki ruangan bermain anak2
Sial
Sungguh Sial
Semua tempat penuh
Saya pun penuh
penuh dengan perasaan kesal berkarena saya benci anak2



Oh Sial kuadrat
Selain makhluk pacaran
banyak pula makhluk beranak

Oh Sial pangkat tiga
BERISIIKK...

oh sial pangkat empat
saya mulai linglung
keracunan teriakan bocah
...


*Cause she had a bad day... La la la*

Jumat, 29 Mei 2009

persahabatan ANGIN dengan PUP

hari ini saya belum kentut
belum pret

hari ini orang-orang pasti menyesal
menyesal yang sangat dalam

menyesali mengapa mereka tidak dapat
menikmati kentut yang biasanya saya hembuskan
baik secara langsung, maupun secara paksa

saya selalu berpikir
ya iya iya
kalau saya brenti mikir.
mampus dong
metong dong
gimenong sich yey

saya pikir, kenapa oh kenapa kentut saya bau?
apa karna dosa saya dikandung badan sampe busuk?
apa musti tobat dulu baru kentut saya wangi?

ah saya yakin seyakin-yakinnya SBY memerintah negeri ini
yakin kalau kentut para ulama itu pasti bau
sayang, saya ga bisa pastikan apa nabi itu juga kentut
dan jikalah iya, maka apakah itu bau?

saya juga yakin.
yakin ini akibat persahabatan angin dengan pup yang belum saya tabung ke banKloset. yang bikin angin dan pup merajalela menjadi kentut.
alangkah indahnya.

itulah mengapa saya kadang berpikir untuk tidak kentut sesudah saya 'nabung'
supaya kentut saya bau.
supaya perasaan si angin tak hampa
hampa karena terpisah dengan sahabatnya.


saya akui, saya ini memang hebat.
di dalam diri saya, ada persahabatan
persahabatan yang katanya siapa itu, mirip kepompong.

Selasa, 26 Mei 2009

FESTIVAL JEJERIT REMPONG

Hari ini saya dan kawan-kawan ribut mengartikan satu kata: “Rempong”. Berhubung dosen saya yang asli Filipina dan sudah hijrah kemana-mana itu, ingin sekali tau artinya rempong, maka kita dengan susah payah mencoba mengartikannya lewat. . .bahasa Indonesia.

Kemarin, kami, seganjil anak-anak Performing Art Communication yang berjumlah tidak genap ini melalui mid test atau bahasa kupernya Ujian Tengah Semester. Dan mid test kami untuk pelajaran Voice of Performance II: Vocal and Instruments, diharapkan dengan setulus hati untuk membuat sebuah performance. Boleh solo, duet, trio atau band atau apalah suka-suka kami. Kesenangan yang diberikan kepada kami adalah hak menentukan sendiri nama apa yang mau kami pakai guna melambangkan diri kami atau band kami.

Dan tentu saja, ada hak juga pasti ada kewajiban. Saat inilah salah sebanyakorang di kelas saya yang membentuk sebuah grup menyanyi yang bukan choir, memilih nama “Rempong” dan mereka sedang melaksanakan kewajibannya mengartikan nama tersebut.

Pertama saya jejerit, “Sibuk! Sibuk!”. Jerit paling keras supaya didengar dan diperhatikan. Biasalah, kan negara demokrasi. Kalo gak demo keras-keras, ya gak didengar.

Tapi ada juga yang menyaingi, “Rame! Rame!”
Suara ketiga bilang, “Ribet!!”
Suara keempat, “Riweh!!”
Suara saya, “Sulit!” agak gak nyambung, tapi biarlah... asal teriak.
Suara teman saya, “Busy!Busy!!”
Suara teman saya yang lain, “Complicated!!!”
Suara saya lagi, “Masa susah! Pancaroba!!” sangat gak nyambung, tapi biar lagi lah...

Saat itu sepertinya tidak ada teman yang tau saya teriak itu. Mungkin sibuk bikin bingung dosen saya. Kalau ada diantara kalian yang juga bingung, kenapa saya memilih pancaroba untuk arti sebuah “Rempong”, alasannya adalah....


KARENA,
Rempong itu situasi yang sibuk, riwet, ribet, riweh,membingungkan. Nah, dalam masa itu, tentu sangat bisa kita sebut masa sulit. Masanya orang-orang kesusahan. Ya, pancaroba-pun sebenarnya juga sebuah realitas masa sulit.

Jadi, ada yang setuju bahwa REMPONG berarti PANCAROBA?

Rabu, 20 Mei 2009

Semalam Dengan Kenny

Malam ini hujan turun lagi, sama seperti hari kemarin. Setiap malam dingin, setiap malam gak mandi. Habis mau bagaimana lagi, saudara? Kaki kering aja dingin, apalagi kaki basah?
Tidurpun tetap kedinginan. Mimpipun, mimpi dikubur dengan salju. Coba itu, pakai selimutnya. Saya pakai selimut saya. Wahai kawan, selimut saya aja dingin. Selimut apa ini? Mana janji si Abang di Tanah Abang ketika ibu saya beli selimut ini? Katanya bisa jadi hangat kalau ditiduri selimut. Ini malah selimut yang minta dihangatkan sama saya. Untung pacar saya gak liat, kalo dia liat bisa cemburu buta.
Aduh emak, kaki ini mati rasa-pun. Harus digosok berapa lama lagi supaya hangat? Aduh emak, tangan ini dingin kali pun. Harus berapa lama lagi saya jepitkan ke ketek? Aduh emak, ketek saya ikut dingin pun...
Saya ingat Mama. Lagi apa ya dia sekarang? Mungkin duduk di rumah sambil nonton sembari angkat kaki dan jepit rokok di tangan. Pernah saya dan Rio, kakak saya, mau belikan dia asbak yang bentuknya paru-paru. Biar dia liat waktu dia ketuk-ketuk rokok di asbak, dia sedang mengotori paru-paru. Mamak, berhentilah rokoknya. Dikumpulin uangnya. Kata Dokter, kalo dihitung-hitung, bisa bikin hotel, Mamak...
“Emang si dokter yang gak ngerokok itu udah punya hotel?”
Saya langsung diam. Pasang headset. Dengar lagu MP3.
Dengar lagu MP3... Seperti sekarang ini... Oh, ini Kenny G.
Itu lagu Kenny G, ya Allah... Si peniup yang Kau ciptakan itu. Masa lupa? Hari sudah malam dan dingin begini, masih aja dia tiup-tiup terompet. Tahun baru rasa-rasanya udah lewat pun.
Saya goyang-goyang kepala gaya metal mendengar lagu-lagunya yang jazzy. Memang kenapa kalau saya lebih suka begitu? Saya joget dangdut kalo denger instrumen Beethoven. Saya melandai-landai kalo denger lagu Navicula. Saya diem aja kalo denger lagu dangdut. Biar dikira orang saya benci lagu dangdut. Huu... lagu kampungan. Lagu gak berkelas. Padahal dalam hati saya menjerit suka. Kalo judul lagu Rossa “Atas Nama Cinta”, kalau saya “Atas Nama Gengsi dan Nama Baik Keluarga”.
Ah, nggak. Semua saya Cuma bercanda.
Mata saya kedap-kedip. Makin lama, ketika sedang sesi merem saat berkedip, sulit sekali untuk kembali melek. Ah, saya matikan lampu, matikan Kenny, minta ditiduri selimut, tutup mata dan baca do’a.
“Ya Allah, tidur malam ini jangan lupa pake kaos kaki. Jangan seperti saya ini yang gak pake. Maklum Tuhan, kaos kaki hanya tinggal sebelah...”

Senin, 18 Mei 2009

What indonesian people need for the next 5 years?

Apa yang bisa diharapkan dari para presiden-presiden yang maju dengan percaya diri mengharapkan kemenangan melalui ajang pemilihan Presiden se-Indonesia? Kenapa bisa kita percaya begitu saja kata-kata mereka? Apa mungkin lihat muka yang eksotik dengan hiasan lingkaran hitam di sudut bawah dagu? Atau mungkin lihat gelar sebagai pemimpin di provinsi tempat kelahirannya yang menyebabkan darahnya disebut biru? Atau mungkin juga karena kebetulan visinya yang begitu perhatian dengan rakyat kecil yang selama ini teriak-teriak minta dimakmuri? Ataauuu... Karena alasan simpel dan tanpa repot yang bertema ,’Lanjutkan!’?

Kerja siapapun pasti bagus asal benar dan jujur. Asal para “kaki-kaki”nya juga ikutan benar dan jujur seperti atasannya. Liburan kemarin saya pulang ke tempat kelahiran saya. Malu kalau disebut. Nanti ketahuan bobrok milik siapa, dan ketahuan dimana bisa ditemukan kebobrokan tersebut.

Ada banyak promosi-promosi partai dan para calon legislatif yang mendekorasi jalanan dan membuat pemandangan menjadi tidak seperti yang turis-turis inginkan saat mereka menghabiskan duitnya untuk pergi ke kampung saya itu.

Di suatu pertigaan, billboard besar terpampang dengan gagahnya. Oh, bagus ini. Strategis. Saya lihat ke arah gambarnya. Ups, kenapa di kupingnya ada hiasan perempuan? Yang sama sekali tidak membuat ia tampak ganteng, tidak membuat ia terlihat dapat dipercaya untuk menjadi bagian dari lembaga legislatif, dan tidak. Tidak, dia bukan perempuan. Tapi iya. Iya, dia terlihat seperti preman desa.

Ok, tidak masalah... Selagi Charlie ST12 juga pakai anting-anting, saya rasa bolehlah ini disebut sebagai ikutan tren.

Di jalan berikutnya di hari berikutnya, saya makan di suatu tempat makan lesehan. Mmm... sebenarnya disebut lesehan juga tidak tepat berhubung warung ini buka di tempat parkiran toko yang sudah tutup, dan saya, juga para pembeli yang lainnya, mau tidak mau-suka tidak suka, duduk di parkiran tersebut beralaskan tikar.

Menunggu makanan, saya melihat-lihat spanduk dan billboard untuk kali kedua. Ow, kali ini ada yang jumlah fotonya 3. Yang satu foto Pak Capres wakil dari partainya, yang satu lagi foto dia, dan satu lagi saya juga kurang tau itu foto ibunya siapa. Yah, mungkin itu ibunya. Dia sayang ibu. Baguslah. Hormati ibu, berarti hormati rakyat juga.

Di hari berikutnya lagi, di sudut jalan yang berbeda, saya melihat poster. Hmm... Ini rupa-rupanya seperti poster iklan untuk promosi tempat main billiard baru. Kebetulan saya mau ajak teman-teman saya main billiard. Eh, setelah saya baca dan saya sadar-sadarkan diri. Ini ternyata foto caleg. Bingungnya saya, kenapa dia harus pose sambil main billiard? Oh, mungkinlah jikalau ia menang nanti, kita yang dukung dia bisa ditraktirnya main billiard. Bolehlah, saya contreng dia nanti.

Entah di hari ke berapa saya bersenang-senang, saya terusik lagi dengan gambar-gambar caleg itu. Untung kali ini terusik yang bisa bikin saya ketawa lebar. Biasanya di dalam promosi caleg itu, ada foto si caleg dan si capres. Tapi yang ini kok beda?
Ini foto si caleg dan si Ronaldo. Iya, Christiano Ronaldo. Yang pria pasti tau siapa dia, karena seringnya nonton sepak bola. Yang perempuan juga pasti tau siapa dia, saking keseringan diajakin pacarnya nonton sepak bola.

Apalah maksud caleg satu ini. Saya tidak tau dan tidak yakin apa mungkin capresnya telah melakukan koalisi dengan Ronaldo demi menjaring supporter, saya benar-benar tidak tau.

Weleh, kali ini saya terusik lagi. Karena yah, apalagi kalau bukan billboard caleg? Caleg satu ini berpose berduaan sama ayamnya. Mungkin dia penjual ayam. Oh, tidak apa-apa kalau benar alasannya karena itu. Tapi bagaimana kalau karena hobinya yang doyan mengadu ayam?

Rakyat mau dikasih makan apa? Sementara dia sibuk kasih makan ayamnya dan cari strategi supaya ayamnya menang adu ayam. Wah, ini kejahatan. Tapi mau bilang apa?

Hari-hari saya selanjutnya masih normal dan seharusnya akan tetap normal jika teman saya tidak bercerita tentang mantan bapak kost-nya yang ikutan jadi caleg. Duh, kenapa saya harus tau ini semua?
Dengar-dengar bapak satu ini doyan judi. Saya kurang jelas judi jenis apa. Tapi saya yakin dosanya tetap sama. Nah, ketika si bapak ini kehabisan uang karena kalah judi, dia pergi ke kost-kostan miliknya untuk menagih uang sewa. Meskipun masih jauh hari yang disepakati untuk melakukan pembayaran, dia tidak peduli. Ini yang membuat beberapa penghuni kesal dan termasuk pula teman saya yang satu itu. Mungkin karena itu juga dia berhenti nge-kost disana.
Hebatnya, dia dipilih menjadi caleg. Hallo? Apa ada akal sehat di kepala anda? Saya ingin bicara dengan akal sehat anda.

Memikirkan betapa rusaknya pemilihan caleg ini membuat saya mudah saja untuk bergabung dengan para golputer. Bagaimana tidak? Saya tidak akan menyerahkan negeri saya ini untuk diobrak-abrik oleh orang-orang seperti mereka. Kenapa? Mereka mau marah ke saya? Marah saja, toh saya tidak peduli. Sama seperti mereka tidak peduli terhadap negara saya.

*Fin

Kamis, 14 Mei 2009

opor mata

Saya belakangan ini pasti menagis kalo nonton film romantis. Ini karena pacar saya pulang ke Bali. Saya jadi sendiri. Tapi saya berjanji untuk menunggu dia disini, di Jakarta. Sampai nanti dia datang lagi. Dengan teman-temannya. Main band.
Oh, itu saya nonton film Sex and the City. Saya nangis lagi. Ingat pacar. Lalu ingat retina yang kemarin dikupas dan dilaser. Saya takut lapisan luar mata saya lepas, dan berkibar-kibar seperti bendera Indonesia Raya.
Ingat operasi, ingat hari itu. Hari ketika mata saya diamplas. Supaya silinder hilang, kata Dokter. Menyebabkan sekarang mata saya jadi terang. Nggak buram lagi seperti dulu.
Itu saya waktu itu. Ada di lantai 1 dengan tangan dan kaki dingin. Bukan, bukan karena takut dioperasi. Beneran. AC terlalu dingin. Kenapa? Kenapa melihat nggak percaya gitu ke saya?
Saya santai. Karna belum tau rasanya dioperasi itu gimana. Masuk ke dalam ruang tunggu sambil pakai baju hijau tanda pasien operasi. Dengan rambut ditutup kain seperti mau mandi. Mata masih buram.
Capek menunggu, suster datang. Giring saya ke ruang operasi. Suster menidurkan saya di tempat yang seharusnya. Saatnya mengupas mata. Deg-degan bunyi jantung saya. Jadi tegang karna alatnya mahal. Takut kesenggol saya, terus rusak dan saya disuruh ganti rugi. Takut keluarga saya miskin karenanya. Takut saya gak bisa kuliah lagi.
Sinar terang menghampiri mata saya. Selotip dan penyangga mata sebesar koin dihias ke mata saya. Sayang saya gak bisa liat rupa saya waktu itu. Mungkin saya ketawa, ngetawain muka yang ala kadarnya ini.
Tapi gak berapa lama, suster bilang udah selesai, dan saya harus nunggu lagi. Gak tau nunggu apa. Saya sih nurut aja. Biarpun agak nyesel juga. Kenapa saya bayar mahal tapi Cuma untuk disuruh-suruh?
Aduh, saya dipanggil lagi. Kali ini apa? Oh, ternyata saatnya kupasan mata yang masih menempel itu dibuka. Bahasa kasarnya, dicongkel. Dokter congkel-congkel mata saya. Kenapa saya bayar mahal untuk disakiti? Dokter jahat. Saya nggak suka.
Kata Dokter, lapisannya udah kebuka. Dokter bilang gitu ke suster, bukan ke saya. Saya kan bukan asistennya. Suster bilang, “Oke siap. 58 detik”.
Apa-apaan ini? Ada bom mungkin di mata?
Ada cahaya merah yang bisa saya liat. Dan ada bau gosong yang bisa saya hirup. Mungkin itu namanya dilaser. Tapi kok gosong? Maaf Dokter, saya Cuma takut tembus sampai ke belakang kepala.
Lapisan ditutup lagi. Dan dokter titip resep ke suster. Bukan resep opor mata. Tapi resep obat antibiotik untuk mata saya.
Jadilah mata saya sekarang terang benderang jinggrang jinggrang. Lampu-lampu di jalan udah gak pendar lagi. Allahuakbar... Siapa yang bikin alat itu ya? Mau saya surati. Bilang makasih. Bilang alatnya hebat.
Tapi kadang saya rindu. Rindu pada cahaya jalan yang pendar. Yang jadi pemandangan paling indah yang sekarang gak bisa saya nikmati lagi...


Fin*

Minggu, 10 Mei 2009

-Bunga matahari di kepala Zaki-

Itu saya, by the way… duduk di pagar kampus yang bertuliskan “DILARANG DUDUK DI PAGAR”. Itu saya, by the way… Dengan pulpen dan otak untuk memikirkan judul cerita. Itu saya by the way… sendiri tapi berdua. Berdua dengan angin yang nggak nampak.
Ini jam sudah bermuka 17:12. Bukan waktu yang special dan penting. Tapi lihat itu, disitu. Saya di pagar beton melipat A4 jadi dua. Pulpen diambil dan tinta digores. Hari masih sore dan kampus masih ramai diinjaki orang.
Saya sendiri. Itu yang special. Nggak ada teman untuk bergerombol, nggak ada teman untuk ngobrol. Saya mulai menulis judul, ‘Hari-hari tanpa hura-hura’. Sambil mikir kenapa saya bisa sendiri. Teman semester 1 dan 2 saya sedang sibuk. Ya itu, sibuk bergerombol. Teman semester 3 saya juga sedang sibuk. Ya itu, sibuk ngobrol.
Saya pergi sendiri ke pagar ini dengan perut buncit. Banyak ruang di perut saya. Tapi ruangan itu kosong. Cuma berisi saya dan makanan kemarin yang belum bisa dibuang.
Wah, tadi angin menampar-nampar pelan ke wajah saya. Nggak tau motifnya apa. Mungkin nyapa, mungkin naksir. Saya nggak tau. Dan yakin kalo saya nggak mau tau.
Itu. Itu yang namanya Zaki. Rambutnya besar dan kepalanya mirip bunga matahari. Mekar dan besar. Menyapa saya. Bertanya, saya lagi apa. Ingin saya bilang ke dia kalau saya sedang kentut. Tapi saya urungkan. Biarlah dia merasakan fakta itu seorang diri.
Saya lihat jauh ke belakang rambutnya. Ada Arif, Rico dan Dimas yang duduk-duduk. Sedang ditampar-tampar angin juga rupanya.
Nggak lama setelah Zaki mengatai saya dengan kata-kata “Nulis apa”, mereka ikut datang ke pagar yang nggak boleh diduduki ini. Menggendong tas mereka masing-masing.
Mereka berkumpul, bernyanyi. Nyanyi akapela. Membuat saya buka mulut. Kasih liat gigi, tertawa. Dengar itu, mereka bikin ribut dengan lagu Rap campur Dangdut-nya. Norak. Tapi saya nggak pergi menjauhi mereka. Hanya nonton dan nyengir.
Capek nyanyi, mereka mulai ngomongin tentang perempuan. Mulai dari perempuan yang lewat di depan kampus, sampai ramuan maut mengganyang perempuan. Subhanallah… Lagaknya kayak nggak ada perempuan aja disitu. Mereka kira saya ini sekelamin dengan mereka?
Tiba-tiba, teman mereka datang menjinjing kamera. Meminjamkan si kamera ke Arif. Oh, nggak perlu waktu lama untuk meyakinkan diri kamu, bahwa mereka adalah banci kamera sejati. Lihat Zaki, pakai bando di kepala. Bikin bunga matahari berubah seperti konde.
Mereka dan saya, sibuk foto-foto tanpa peduli sekeliling. Toh, dunia sudah indah. Dunia nggak perlu saya untuk memperindah dirinya. Saya cuti sebentar. Mau foto-foto dulu. Supaya barangkali nanti foto itu disimpan, bisa jadi kenangan yang berharga tentang saya, kalau-kalau nanti saya jadi selebriti.

Sabtu, 07 Februari 2009

oh kumpulan piaraan

saya sedang senang
senang main pet society
itu.
yang ada di face book itu
iya.
yang sepertinya mulai rame orang2 main
saya doyan
bukan karena lucu aja
tapi karena saya suka dandan
ya anjing-anjingan saya yang saya lahiri dengan nama ikky nyapido itu
saya dandani
baju saya beli
saya beli sepatu
saya saloni
ah
saya sayang pet society

Jumat, 30 Januari 2009

5 negro di negri indonesia

"No..No!" saya ucapkan sambil geleng2. bukan. bukan ajojing. saya geleng kepala, geleng tangan. dengar2 begitulah cara kaum kita menolak.

Dia itu. betul, yang itu. tadi colek tangan saya pakai telunjuknya. dia bicara inggris sambil melaju. apa? apa kamu bilang? saya tidak mengerti dan bersyukur saya tidak mau mengerti. pokoknya saya geleng2.

dia berdua dengan sesamanya. Ampun. dari tadi temannya itu liat2 saya. saya tau, mungkin saya ini mempesona. meski ada jerawat tumbuh di pipi kanan saya. meski saya gak perlu pakai susuk berlian supaya terlihat menarik.

saya sendiri gak pernah merasa cantik. cantik, sampai saya harus kasi tau orang2 tentang betapa mempesonanya saya meski sedang berjerawat. cantik, sampai saya musti pamer kalau tadi ada bule-tidak-putih yang mencolek saya.

toh, saya tidak bangga dicolek laki2 yang bukan pacar saya. meski pacar saya juga tidak putih. dan terima kasih Tuhan, dia juga bukan bule.

kemarin dulu, yang artinya kemarin,kemarin,kemarin,kemarin, ada juga 2 orang bule-tidak-putih yang dari jauh liat2 saya. aih, apa sih mas?

lalu... tentu saja saya musti melewati mereka. bukan, bukan. bukan sengaja. suer deh... saya memang harus ke arah mereka.

"Wow, you sexy.." Kata salah satunya sambil merentang tangan.
waduh? saya mengerutkan alis & memiringkan bibir. apa-apaan.

Lusa dulu, yang artinya lusa,lusa,lusa,lusa, seorang bule yang berwarna sama berdiri anteng nunggu giliran masuk lift. saya datang. bukan. bukan mendatanginya. tapi datang. iya, datang. tidak sendiri. dengan shalita, teman saya. saya & dia ada perlu. bukan. bukan ada perlu sama bule itu. kami berdua ada perlu sama lift. mau ditumpangi.

Tungg! lift berbunyi & mangap. minta disesaki. sialnya saat ini cuma ada saya, shalita & bule. jadi gak perlu nempel2. saya, shalita dan bule masuk.

saya diam. liat lantai, liat LCD. shalita juga diam. saya gak mau tau dia liat apa.

"Do You Live Here?"
Hah? bule itu lihat saya. ajak saya bicara. oh mungkin dia nyasar. mau tanya jalan sama saya. dikiranya saya ini satpam, mungkin.

"No, I'm just practicing for my teater."
Halah. bicara macam apa itu. yah, itulah. kan dia bisa maklum. lidah ibu saya beda dengan ibunya.

Tungg! lift mangap. saya yang pencet dia tadi. saya mau keluar di lantai 2 ini.

"can you give me your phone number?"
Hah? kaki saya sudah melangkah. tapi ibarat nonton DVD, saya pause. siapa itu? siapa yang pencet remote-nya?

"No.. Eh.."
Lah. Saya bingung. apa-apaan. kenapa mau nomer saya? kalo nyasar, jangan telpon saya dong. nanti saya report.





*bukan bermaksud rasis. tapi saya bingung jelasinnya kalo gak begitu.

Misteri alhamdulillah bukan WTC Mangga Dua

Q33 NY

Yaya… saya ini penakut. Saya terima pesan offline dari teman saya. Katanya coba ketik Q33 NY di Microsoft word, trus diperbesar sampe 48pt. Selesai itu, ganti font-nya jadi Wingdings.
Awalnya saya merasa ketakutan setengah gila. Judulnya misteri terorisme di WTC itu. Saya bingung tapi nanggung. Pengen tau. Akhirnya saya telpon teman saya yang siapa lagi dan bukan siapa, Karina. Iya. Itu saya coba telpon dia. Saya suruh dia ikuti instruksi saya.
Deg-degan saya menunggu hasilnya. Saya Cuma takut yang keluar nanti bukan pemandangan yang enak dilihat. Seperti hantu-hantuan misalnya.
Tapi kata dia, ada gambar pesawat, gedung, lambang orang meninggal dan lambing apa itu. Aliran sesat kalau tidak salah. Kalau salah, saya benar-benar minta maaf. Atas nama Allah, eh jangan ding, ini kan kesalahan saya masa saya bawa-bawa Allah. Yaa, atas nama teman saya si Karina aja deh. Saya minta maaf sekali, begitu. Anggap saja perjalanan TK sampai kuliah ini hanyalah halusinasi yang menyebabkan saya seperti orang yang kurang berpendidikan, begitu.
Setelah saya tau, yang keluar Cuma itu, saya langsung buka Microsoft Word. Langsung liat dengan biji mata saya sendiri mengenai kebenarannya. Oh, Bill Gates. Apa yang kau lakukan sampai buah karyamu ini mengandung misteri?
Wingdings itu fungsinya apa?

Angin Dalam Diam

Saya kentut tak bersuara barusan. saya cuma senyum-senyum tidak memperingatkan orang-orang yang ada di dalam mobil. nanti sajalah. kalau memang kentut saya bau, baru saya mengaku.