Senin, 18 Mei 2009

What indonesian people need for the next 5 years?

Apa yang bisa diharapkan dari para presiden-presiden yang maju dengan percaya diri mengharapkan kemenangan melalui ajang pemilihan Presiden se-Indonesia? Kenapa bisa kita percaya begitu saja kata-kata mereka? Apa mungkin lihat muka yang eksotik dengan hiasan lingkaran hitam di sudut bawah dagu? Atau mungkin lihat gelar sebagai pemimpin di provinsi tempat kelahirannya yang menyebabkan darahnya disebut biru? Atau mungkin juga karena kebetulan visinya yang begitu perhatian dengan rakyat kecil yang selama ini teriak-teriak minta dimakmuri? Ataauuu... Karena alasan simpel dan tanpa repot yang bertema ,’Lanjutkan!’?

Kerja siapapun pasti bagus asal benar dan jujur. Asal para “kaki-kaki”nya juga ikutan benar dan jujur seperti atasannya. Liburan kemarin saya pulang ke tempat kelahiran saya. Malu kalau disebut. Nanti ketahuan bobrok milik siapa, dan ketahuan dimana bisa ditemukan kebobrokan tersebut.

Ada banyak promosi-promosi partai dan para calon legislatif yang mendekorasi jalanan dan membuat pemandangan menjadi tidak seperti yang turis-turis inginkan saat mereka menghabiskan duitnya untuk pergi ke kampung saya itu.

Di suatu pertigaan, billboard besar terpampang dengan gagahnya. Oh, bagus ini. Strategis. Saya lihat ke arah gambarnya. Ups, kenapa di kupingnya ada hiasan perempuan? Yang sama sekali tidak membuat ia tampak ganteng, tidak membuat ia terlihat dapat dipercaya untuk menjadi bagian dari lembaga legislatif, dan tidak. Tidak, dia bukan perempuan. Tapi iya. Iya, dia terlihat seperti preman desa.

Ok, tidak masalah... Selagi Charlie ST12 juga pakai anting-anting, saya rasa bolehlah ini disebut sebagai ikutan tren.

Di jalan berikutnya di hari berikutnya, saya makan di suatu tempat makan lesehan. Mmm... sebenarnya disebut lesehan juga tidak tepat berhubung warung ini buka di tempat parkiran toko yang sudah tutup, dan saya, juga para pembeli yang lainnya, mau tidak mau-suka tidak suka, duduk di parkiran tersebut beralaskan tikar.

Menunggu makanan, saya melihat-lihat spanduk dan billboard untuk kali kedua. Ow, kali ini ada yang jumlah fotonya 3. Yang satu foto Pak Capres wakil dari partainya, yang satu lagi foto dia, dan satu lagi saya juga kurang tau itu foto ibunya siapa. Yah, mungkin itu ibunya. Dia sayang ibu. Baguslah. Hormati ibu, berarti hormati rakyat juga.

Di hari berikutnya lagi, di sudut jalan yang berbeda, saya melihat poster. Hmm... Ini rupa-rupanya seperti poster iklan untuk promosi tempat main billiard baru. Kebetulan saya mau ajak teman-teman saya main billiard. Eh, setelah saya baca dan saya sadar-sadarkan diri. Ini ternyata foto caleg. Bingungnya saya, kenapa dia harus pose sambil main billiard? Oh, mungkinlah jikalau ia menang nanti, kita yang dukung dia bisa ditraktirnya main billiard. Bolehlah, saya contreng dia nanti.

Entah di hari ke berapa saya bersenang-senang, saya terusik lagi dengan gambar-gambar caleg itu. Untung kali ini terusik yang bisa bikin saya ketawa lebar. Biasanya di dalam promosi caleg itu, ada foto si caleg dan si capres. Tapi yang ini kok beda?
Ini foto si caleg dan si Ronaldo. Iya, Christiano Ronaldo. Yang pria pasti tau siapa dia, karena seringnya nonton sepak bola. Yang perempuan juga pasti tau siapa dia, saking keseringan diajakin pacarnya nonton sepak bola.

Apalah maksud caleg satu ini. Saya tidak tau dan tidak yakin apa mungkin capresnya telah melakukan koalisi dengan Ronaldo demi menjaring supporter, saya benar-benar tidak tau.

Weleh, kali ini saya terusik lagi. Karena yah, apalagi kalau bukan billboard caleg? Caleg satu ini berpose berduaan sama ayamnya. Mungkin dia penjual ayam. Oh, tidak apa-apa kalau benar alasannya karena itu. Tapi bagaimana kalau karena hobinya yang doyan mengadu ayam?

Rakyat mau dikasih makan apa? Sementara dia sibuk kasih makan ayamnya dan cari strategi supaya ayamnya menang adu ayam. Wah, ini kejahatan. Tapi mau bilang apa?

Hari-hari saya selanjutnya masih normal dan seharusnya akan tetap normal jika teman saya tidak bercerita tentang mantan bapak kost-nya yang ikutan jadi caleg. Duh, kenapa saya harus tau ini semua?
Dengar-dengar bapak satu ini doyan judi. Saya kurang jelas judi jenis apa. Tapi saya yakin dosanya tetap sama. Nah, ketika si bapak ini kehabisan uang karena kalah judi, dia pergi ke kost-kostan miliknya untuk menagih uang sewa. Meskipun masih jauh hari yang disepakati untuk melakukan pembayaran, dia tidak peduli. Ini yang membuat beberapa penghuni kesal dan termasuk pula teman saya yang satu itu. Mungkin karena itu juga dia berhenti nge-kost disana.
Hebatnya, dia dipilih menjadi caleg. Hallo? Apa ada akal sehat di kepala anda? Saya ingin bicara dengan akal sehat anda.

Memikirkan betapa rusaknya pemilihan caleg ini membuat saya mudah saja untuk bergabung dengan para golputer. Bagaimana tidak? Saya tidak akan menyerahkan negeri saya ini untuk diobrak-abrik oleh orang-orang seperti mereka. Kenapa? Mereka mau marah ke saya? Marah saja, toh saya tidak peduli. Sama seperti mereka tidak peduli terhadap negara saya.

*Fin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar