Rabu, 16 Desember 2009

“Sayangi saya..” kata diri saya kepada saya.



PERNAH melihat saya dari atas ke bawah? Dimulai dari atas, kamu akan melihat saya seperti ibu saya. Oh, kamu kenali saya ini berkelamin perempuan. Turun sampai ke bawah dengkul, kamu mulai meragu. Kamu akan melihat saya seperti ayah saya. Itu kaki yang tidak seindah kaki Paris Hilton atau beberapa perempuan yang kakinya dekat dengan ukuran Paris Hilton.

Hahaa, kaki saya ini besar. Bagian yang paling gembira berkembang sendiri dibanding bagian tubuh yang lain. Bagian yang paling rakus, yang selalu antri paling depan dan mau dapat bagian yang paling banyak ketika tubuh saya membagikan lemak.
Saya tunjukkan padamu. Ini kaki besar yang bukan karena kaki gajah. Entah saya ini keturunan Arab atau bukan, segala macam rambut tumbuh dengan ganas dan senang hati. Hehe. Kadang-kadang saya malu, tapi kadang-kadang saya capek dengan kemaluan, eh, maksud saya, capek dengan perasaan malu itu. Dan membiarkan kaki besar saya lebih mirip kaki Mike Tyson. Besar dan… ehem… lebat… xixixi…

Agak turun sedikit, akan kamu dapati betapa telapak saya bantet seperti roti gagal panen (Heh? Aneh. Maksudnya?). Dan wahai jemari kaki, mereka mungil dan subur. Seperti bayi obesitas. Terutama induk dari para jari, dia yang terbantet dan pemilik kuku terbesar pun terlebar. Hehe. Suatu hari yang remang, saya dan kakak-kakak saya yang semuanya Alhamdulillah masih tetap laki-laki, berlomba jempol. Dan jempol saya keluar sebagai pemenang Jempol Terbesar di keluarga kami.

Itu, meskipun saya anggap satu dari tujuh keajaiban diri saya, tetap merupakan bagian dari saya yang patut saya syukuri. Syukurin kau, kebagian kaki yang bantet. Hehe… Nggak-nggak… saya hanya bercanda. Kaki ini, dibuat di dalam perut mama saya dengan sebegitu rupa, agar jika nanti saya hilang, cukup cantumkan foto kaki saya di selebaran yang akan disebar. Sehingga justru lebih mudah menemukan saya daripada meletakkan foto muka saya disana.

Saya dulu, ingin punya kaki yang kecil dan lucu seperti kaki-kaki wanita China yang putih dan merah-merah di sudut-sudut telapaknya. Tapi toh saya bukan China. Saya ini Indonesia. Asli dan tulen sekali. Hihi… Sehingga sekarang saya tumbuh bangga dengan kaki saya ini. Bangga dengan kaki yang benar-benar Mike Tyson ini. Yang besar, lebat dan banyak bekas luka dimana-mana. Hasil pergaulan anak kampung pada masa kecil. Yang meskipun bikin kaki saya beda warna (ada yang hitam, ada yang coklat) dan bercorak (ada yang mulus, ada yang lebam, ada yang carut marut), tetap saya sayangi karena itu semua saya. Dan itu semua adalah sejarah hidup saya.

Sejarah bahwa saya ini pernah ikut mencoba mencukur semua apa yang kaki saya miliki sehingga membuatnya makin kribo. Bahwa saya ini pernah ikut mencoba jatuh dari motor dan sepeda, menyebabkan sekarang saya mahir membawa motor sambil kebut-kebutan. Bahwa saya ini memang jarang berolah raga dan berlari, sehingga kaki saya lembek dan kurang berbentuk (gemuk sedikit,saya akan bingung yang mana betis, yang mana paha. Hehe).

Saya cinta kaki saya. Perpaduan kaki mama dan papa saya. Biar orang-orang yakin, saya ini bukan anak adopsi. Saya keluar dari perut mama saya yang selama ini saya sayang dan saya anggap mama. Supaya orang yang ingin membuktikan bahwa saya ini anak papa saya, hanya dengan melihat betapa miripnya kuku kaki kami. Agar mereka yang melihat kami berdua berjalan beriringan, tidak akan menganggap papa saya punya istri muda diam-diam. Hehe. Ini saya loh, anak papa dan mama saya.

Ayo ikut sayangi dirimu!

Kamu punya kaki yang lebih bagus dari saya. Kamu punya kuku kaki yang lebih lucu dari saya. Kamu punya kaki yang jauh lebih mulus dan polos daripada kaki saya. Kamu punya rambut yang jelas orientasinya kemana (keriting atau lurus). Kamu punya banyak hal yang baik, yang mana itu nantinya akan membuat kamu berbeda dan unik. Karena kita memang dilahirkan berbeda dan punya kelemahan-kelemahan untuk kita cintai.